Ini apa ya ?? kada tahu apa.. KTI atau makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses perubahan
sosial sering menimbulkan proses sosial yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan masyarakat. Seringkali terjadi perilaku penyimpangan sosial yang
dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat karena proses sosialisasi yang
kurang sempurna pada masyarakat, sehingga menimbulkan banyak tindakan
masyarakat di luar koridor nilai dan norma. Sebagai contoh, pelaku westrenisasi
di Indonesia melakukan tindakan-tindakan berdasarkan tata nilai kaidah sosial dan
budaya Barat sebagai pedoman tingkah laku mereka. Banyak remaja yang memakai
pakaian minim dan melanggar norma kesopanan, remaja sering menggunakan
bahasa-bahasa gaul yang kadang kala kurang memenuhi etika kesantunan digunakan
kepada orang tua. Tidak hanya terjadi pada remaja saja, pada orang dewasa pun
sering terjadi perilaku–perilaku meyimpang seperti korupsi, kolusi, dan
kejahatan-kejahatan lain.
Perilaku menyimpang
tersebut apabila tidak ada pengawasan dari masyarakat akan menimbulkan
kekacauan dalam masyarakat itu sendiri. Pengendalian sosial berperanan untuk
mengawasi individu atau kelompok agar sesuai dengan nilai dan norma yang
diharapkan oleh masyarakat.
Menurut L Berger,
pengendalian sosial adalah cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan
anggota yang membangkang, sedangkan menurut Roucek pengendalian sosial adalah
proses terencana ataupun tidak tempat individu diajarkan, dibujuk ataupun
dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.Tujuan
pengendalian sosial adalah terciptanya ketertiban sosial, karena tanpa
ketertiban sosial masyarakat tidak bisa menjalankan peranannya dalam perasaan
aman.
Untuk itu maka
dibentuk lembaga-lembaga pengendalian sosial. Lembaga sosial memiliki peranan
penting sebagai lembaga yang menjalankan fungsi untuk melaksanakan pengendalian
sosial di masyarakat. Lembaga sosial ini adalah lembaga yang telah diakui
sebagai pranata sosial di masyarakat sehingga keberadaan lembaga sosial ini
ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya. Salah satu lembaga sosial di dalam
masyarakat adalah sekolah yang juga sekaligus merangkap sebagai pranata
pendidikan.
Pranata pendidikan memiliki aturan dan disiplin baku yang
bertujuan untuk mempersiapkan anak didiknya melalui pengajaran dan pendidikan
ilmu pengetahuan. Dengan bekal pendidikan ilmu pengetahuan, seseorang
diharapkan dapat menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan sehingga mampu
berkompetisi dalam kehidupan, mampu berpikir secara ilmiah dan logis tentang
segala sesuatu sehingga mampu memilah hal-hal yang baik dan buruk. Pranata
pendidikan termasuk dalam basic institutions. Dengan pranata pendidikan,
diharapkan hasil sosialisasi akan membentuk sikap mental yang cocok dengan
kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang. Terkhususnya sekolah sebagai pranata
pendidikan yang ambil peran penting dalam memperbaiki moral bangsa. Dan dalam
karya tulis ini pun penulis akan mempaparkan masalah yang terkait lembaga
sosial yang dipunyai sekolah sebagai aset untuk menghindari penyimpangan dan
untuk memperbaiki moral bangsa dan karakter siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi pendidikan dan pengajaran.
Sekolah juga merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pengendalian
sosial yang dapat memperbaiki moral bangsa. Para guru berkewajiban mendidik dan
mengajar muridnya agar bertindak sesuai dengan peraturan. Dalam makalah kali
ini kami akan membahas beberapa point penting mengenai sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial. Hal-hal yang akan dibahas meliputi :
· Apa saja peran sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial?
·
Siapa saja yang ikut berperan dalam
pengendalian sosial di sekolah?
·
Mengapa sekolah sangat berperan sebagai
lembaga pengendalian sosial?
·
Bagaimana cara sekolah dalam melakukan
pengendalian sosial?
·
Dimana kesulitan yang dialami sekolah
dalam perannya melakukan pengendalian sosial sebagai upaya memperbaiki moral
bangsa?
1.3 Tujuan Penelitian
·
Untuk mengetahui fungsi sekolah sebagai
lembaga pengendalian sosial dalam memperbaiki moral bangsa
·
Sebagai media untuk mengetahui peran apa saja
yang dilakukan sekolah dalam bertindak sebagai lembaga pengendalian sosial
·
Untuk mengetahui badan apa saja yang bergerak
dalam bidang pengendalian di sekolah
·
Sebagai jalan untuk menunjukkan apa saja yang
menjadi cara bidang-bidang di sekolah itu menjalankan tugasnya dalam hal
pengendalian sosial atau terkait siswa
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian
dari kami, maka akan di ketahui fungsi dan manfaat dari sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial, yaitu sebagai berikut :
MAU TAU LEBIH BANYAK ? KLIK "LINK KE POSTING INI" DI BAWAH...
MAU TAU LEBIH BANYAK ? KLIK "LINK KE POSTING INI" DI BAWAH...
1.4.1
Bagi Siswa
·
Memperkuat mental,fisik dan disiplin siswa
·
Sebagai referensi bagi siswa tentang sekolah
sebagai lembaga pengendalian sosial
·
Membuat siswa lebih disiplin dan mengerti
tentang tata tertib sekolah
·
Sarana mengembangkan diri dan berkreativitas
·
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang
pengendalian sosial yang dilakukan di sekolah
·
Membuat siswa tahu akan pentingnya sekolah
itu untuk mencegah terjadinya penyimpangan
1.4.2 Bagi Masyarakat
·
Pengajaran bagi masyarakat luar tentang
pentingnya sekolah sebagai pencegah penyalahgunaan keadilan dan menjalankan
tata tertib hukum yang berlaku
·
Sebagai pengembangan diri lebih lanjut di
masyarakat
·
Meningkatkan mutu pendidikan dan pranata
pendidikan di luar
·
Masyarakat akan mengerti tentang berbagai hal
yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan sekolah sebagai
lembaga pengendalian sosial tersebut
1.4.3
Bagi
Orang tua
·
Memberikan pendidikan yang lebih luas untuk
anak mereka akan pentingnya menjalankan tata tertib di sekolah
·
Sebagai rumah belajar ke dua bagi siswa dan
dapat dijadikan sebagai lembaga pengawas prilaku sang anak.
BAB II
DASAR
TEORI
2.1 Pengertian
pengendalian sosial
Manusia dalam kehidupannya akan selalu
berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya
timbul masalah, misalnya terjadi salah paham lalu berkelahi. Benar tidak ?
Bagaimana kalau timbul masalah ? Tentunya kita semua berharap masalah tersebut
dapat diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi
semula, sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial ( social equilibrium).
Untuk menciptakan keseimbangan sosial tersebut diperlukan upaya-upaya
menghilangkan penyimpangan-penyimpangan sosial. Menurut Berger (1978)
Pengendalian Sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa
Pengendalian Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses
terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk
menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam
masyarakat disebut pengendalian sosial (Social Control).
2.2 Tujuan Pengendalian Sosial
Tujuan pengendalian
sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan
perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat
sudah terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya.
Dengan adanya perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan
pengendalian sosial untuk memulihkan keadaan yang serasi seperti sebelum
terjadinya perubahan. Alangkah damai, tentram dan amannya kehidupan kita seandainya
semua anggota masyarakat menyadari sepenuhnya untuk melaksanakan keteraturan,
keserasian dan ketertiban social. Dengan demikian kita tidak perlu terlalu
banyak melakukan pengendalian sosial.
Ada 4 cakupan
pengendalian sosial yaitu:
1.
pengendalian sosial antar individu;
2. pengendalian sosial
individu terhadap kelompok;
3. pengendalian sosial
kelompok terhadap individu;
4. pengendalian sosial
antar kelompok.
2.3 Pengertian lembaga sosial
Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social
institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagaipranata sosial.
Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku
para anggota masyarakat Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat. Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan
norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan
khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Istilah lain yang digunakan adalah bangunan
sosial yang diambil dari bahasa Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan dan
susunan institusi tersebut.
2.4 Ciri dan karakter lembaga sosial
Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang
abstrak, ia memiliki sejumlah ciri dan karakter yang dapat dikenali.
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul
"Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial" (General Features of Social
Institution) menguraikan sebagai berikut:
1.
Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku
yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia
terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan
lain yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.
2.
Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan
tertentu. Oleh karena lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang
berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara
dan dibakukan.
3.
Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu.
Lembaga pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga
perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.
4.
Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan lembaga sosial. Misalnya, rumah untuk lembagakeluarga serta masjid,
gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama.
5.
Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau
simbol-simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk
lembaga perkawinan, bendera dan lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam
sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
6.
Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang
merumuskan tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan
hukum perkawinan untuk lembaga perkawinan
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen
ikut pula mengemukakan karakteristik dari lembaga sosial. Menurutnya terdapat
sembilan ciri khas (karakteristik) lembaga sosial sebagai berikut.
1.
Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus
masyarakat.
2.
Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari
anggotanya.
3.
Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi
bagian tradisi kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya.
4.
Ada saling ketergantungan antarlembaga sosial di masyarakat,
perubahan lembaga sosial satu berakibat pada perubahan lembaga sosial yang
lain.
5.
Meskipun antarlembaga sosial saling bergantung, masing-masing
lembaga sosial disusun dan di- organisasi secara sempurna di sekitar rangkaian
pola, norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan.
6.
Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas
anggota masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.
7.
Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku.
8.
Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.
9.
Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau
orientasi kelompoknya.
2.5 Syarat Lembaga Sosial
Menurut Koentjaraningrat
aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk menjadi lembaga sosial
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan tersebut antara lain:
1.
Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan
adat istiadat yang hidup dalam ingatan maupun tertulis.
2.
Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan
saling berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.
3.
Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan
tertentu, yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan.
4.
Mempunyai perlengkapan dan peralatan.
5.
Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok-
kelompok yang bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.
2.6 Pengertian Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk
pengajaran siswa ("murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar
negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini,
siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini
bervariasi menurut negara (dibahas pada bagian Daerah di bawah), tetapi umumnya
termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja
yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu
juga mungkin memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan
sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah
beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun). Universitas,
sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin tersedia setelah
sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang
tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat
menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional.
Ada juga sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah
swasta. Sekolah swasta mungkin untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika
pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka; keagamaan, seperti
sekolah Islam, sekolah Kristen, hawzas, yeshivas dan lain-lain, atau sekolah
yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk
mengembangkan prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang dewasa meliputi
lembaga-lembaga pelatihan perusahaan dan pendidikan dan pelatihan militer.
2.6.1 Terminologi
Kata
sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang
memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah
kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka,
yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca
huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk
mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan
mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui
berbagai pelajaran di atas.
Saat
ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala
sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung
dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah
yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana
dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses
pendidikan.
2.6.2 Sekolah sebagai
lembaga pengendalian sosial
Sekolah merupakan lembaga sosial yang memiliki fungsi pengendalian
sosial. Fungsi pengendalian sosial dilaksanakan
oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas, para guru dan BK.
Sekolah memberikan wawasan pengetahuan sosial bagi civitas akademika agar dapat
bertingkah laku sesuai dengan tata nilai dan norma baik untuk disekolah atau
untuk di masyarakat. Sekolah memiliki tata tertib yang dilembagakan serta wajib
ditaati oleh warga sekolah, tata tertib tersebut tujuannya agar terwujud
ketertiban sosial dan akademik di sekolah sehingga tujuan sekolah dapat
tercapai.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Peran
sekolah sebagai lembaga pengendalian sosial.
Variabel kontrol
Sekolah.
Variabel terikat
Perubahan yang terjadi pada tingkah
laku siswa setelah adanya peran sekolah sebagai lembaga pengendalian sosial
untuk memperbaiki moral bangsa dan karakter siswa.
3.2 Metode
Penelitian
3.2.1
Metode Wawancara
Data hasil
penelitian ini didapat dari wawancara dengan ahli konseling atau guru BK SMA
Negeri 7 Banjarmasin serta orang yang terkait dengan bidang pengendalian sosial
di lingkungan sekolah SMA Negeri 7 Banjarmasin.
3.2.2
Kepustakaan
Seiring
dengan perkembangan zaman, teknologi semakin berkembang, informasi dapat cepat
kita dapatkan di internet. Untuk kepentingan makalah ini pun penulis
menggunakan internet sebagai metode untuk memperlengkap data.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam pembuatan makalah ini yaitu wilayah
Sekolah SMA Negeri 7 Banjarmasin.
3.3.2 Sampel
Salah satu lembaga sekolah yaitu BK atau dikenal
dengan Bimbingan Konseling.
3.4
Jadwal Penelitian
Tabel
3.1 Jadwal penelitian
Nama kegiatan
|
Minggu I
|
Minggu II
|
1.
Menyusun proposal dan tugas.
|
ü
|
|
2.
Membuat Cover
|
ü
|
|
3.
Menyusun Bab 1 dan 2
|
ü
|
|
4.
Melakukan wawancara
|
ü
|
|
5.
Membuat metode penelitian dan pembahasan
|
ü
|
|
6.
Menyelesaikan tugas akhir yaitu penutup, daftar pustaka, dan
lampiran
|
ü
|
BAB
IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Wawancara
Hasil
wawancara penulis dengan salah satu guru BK di SMA Negeri 7 Banjarmasin sebagai
salah satu lembaga pengendalian sosial di lingkungan sekolah. Berikut ini
adalah hasil penjabaran dari wawancara kelompok makalah kami :
·
Apa saja peran sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial bagi siswa ataupun siswi?
·
Siapa saja yang ikut berperan dalam pengendalian
di sekolah?
·
Mengapa sekolah sangat berperan sebagai
lembaga pengendalian sosial bagi siswa-siswinya?
·
Bagaimana cara sekolah dalam melakukan
pengendalian sosial yang berstatus sebagai lembaga pengendalian itu sendiri?
·
Dimana kesulitan yang dialami sekolah
dalam perannya melakukan pengendalian sosial sebagai upaya memperbaiki moral
bangsa?
Dan
ini adalah jawaban dari guru BK, yaitu sebagai berikut :
·
Kalau mengenai peran sekolah itu
sendiri, pastinya sekolah itu berperan untuk menjadikan siswa-siswinya
berakhlak mulia, tahu yang namanya sopan santun, memiliki budi pekerti luhur,
mempunyai pendidikan yang luas dan inginnya suatu hari mereka itu menjadi
pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Selain itu juga peran sekolah adalah
untuk membuat siswa-siswinya mematuhi tata-tertib yang ada disekolah itu
sendiri agar tidak melanggarnya dan penyimpangan-penyimpangan itu tak dapat
terjadi atau paling tidak kita melakukan pencegahan sebelum penyimpangan itu
terjadi.
·
Yang ikut berperan dalam pengendalian
sosial itu banyak bisa dari kami yaitu Bimbingan konseling, atau dari bagian
kesiswaan, wali kelas, kepala sekolah, atau bahkkan teman-teman sebayanya yang
tahu lebih dekat mengenai pergaulan murid itu sehari-hari.
·
Ya pasti, sekolah sangat-sangat berperan
dalam pengendalian sosial siswa-siswinya, terutama dalam hal pelanggaran yang
terjadi atau yang melanggar tata-tertib sekolah yang berlaku, biasanya BK
memberikan arahan atau bimbingan kepada siswa atau siswi yang melanggar
tata-tertib. Atau bisa juga BK memberikan bimbingan khusus kepada siswa atau
siswi yang berprestasi, agar prestasinya tidak menurun, juga disini BK bisa memberikan arahan untuk memilih
perguruan tinggi mana yang nantinya akan dipilih setelah lulus dari sini agar
sesuai dengan keinginan dan bakat yang dimiliki.
·
Cara sekolah dalam melakukan
pengendalian sosial itu memang berbeda-beda, kalau disini bisa dengan melakukan
petunjuk dulu untuk tidak melanggar tata-tertib, kemudian jika melanggar maka
akan kena sanksi teguran atau bahkan hukuman. Tapi kami disini biasanya lebih
suka melakukan konsultasi karena selain bisa dengan cara yang damai bisa juga
kami memberikan motivasi kepada sang
murid yang melanggar aturan tadi.
·
Kesulitan itu memang ada, yaitu jika
sang murid tidak mau mengerti akan perbuatan salah yang dia lakukan dan terus
melakukannya. Tapi disini BK berusaha keras untuk itu. Kami berusaha untuk
melakukan bimbingan konseling. Kalau tidak bisa dengan murid maka dengan orang
tua atau walinya yang lebih tau mengenai kondisi sang anak.
4.2
Pembahasan
Dari hasil data
wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa sekolah itu sangat penting dan
sangat berperan dalam membuat sang murid untuk memiliki akhlak mulia,
sholeh,baik secara luar maupun dalam, hormat pada yang tua dan sayang pada yang
muda, mempunyai wawasan yang luas, dan dapat mengetahui bahwa tata-tertib itu
membuat murid disiplin dan tidak melanggarnya. Kenapa jadi bisa seperti itu?
Kembali lagi kepembahasan awal bahwa Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang memiliki fungsi pendidikan dan pengajaran dan juga untuk pencegah
terjadinya penyimpangan oleh siswa dengan salah satu sarananya yaitu tata
tertib. Siapapun yang melanggar tata tertib, tak peduli apa jabatannya
disekolah, bisa dikenakan sanksi karenannya. Jadi sudah pasti dan benar sekolah
sebagai salah satu lembaga pengendalian sosial yang penting di Indonesia. Peran
sekolah sebagai lembaga pengendalian sosial dalam membentuk moral bangsa akan
segera terwujud jika sekolah menjalankan visi dan misinya masing-masing dengan
benar dan dengan aturan berlaku. Tidak dengan kecurangan dan kebohongan belaka.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Beberapa
kesimpulan dari makalah ini tentang “Peran Sekolah Sebagai Lembaga Pengendalian
Sosial Dalam Memperbaiki Moral Bangsa,” yaitu sebagai berikut:
·
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang memiliki fungsi pendidikan dan pengajaran. Sekolah juga merupakan
salah satu lembaga yang berperan dalam pengendalian sosial yang dapat
memperbaiki moral bangsa.
·
Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang
serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat.
·
Sekolah merupakan lembaga sosial yang memiliki fungsi pengendalian
sosial. Fungsi pengendalian sosial dilaksanakan oleh Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, Wali Kelas, para guru dan BK.
·
Sekolah memiliki tata tertib yang dilembagakan serta wajib ditaati
oleh warga sekolah, tata tertib tersebut tujuannya agar terwujud ketertiban
sosial dan akademik di sekolah sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.
·
sekolah itu berperan untuk menjadikan
siswa-siswinya berakhlak mulia, tahu yang namanya sopan santun, memiliki budi
pekerti luhur, mempunyai pendidikan yang luas dan inginnya suatu hari mereka
itu menjadi pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Selain itu juga peran
sekolah adalah untuk membuat siswa-siswinya mematuhi tata-tertib yang ada
disekolah itu sendiri agar tidak melanggarnya dan penyimpangan-penyimpangan itu
tak dapat terjadi atau paling tidak kita melakukan pencegahan sebelum
penyimpangan itu terjadi.
·
Peran sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial dalam membentuk moral bangsa akan segera terwujud jika
sekolah menjalankan visi dan misinya masing-masing dengan benar dan dengan
aturan berlaku. Tidak dengan kecurangan dan kebohongan belaka.
5.1
Saran
Berikut adalah
saran-saran dari penulis :
·
Sekolah adalah rumah belajar, disekolah
kita dapat belajar hal-hal kecil dalam bersosialisasi sekaligus belajar
mengambil tindakan apa yang akan dilakukan untuk mencegah pengendalian sosial
sebelum terjun dalam kehidupan masyarakat.
·
Sebaiknya sekolah bukan hanya menjadi
sarana pendidikan saja melainkan sarana dalam membentuk moral yang baik
·
Semoga makalah ini bisa dijadikan acuan
dan petunjuk untuk makalah-makalah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, Bouce J. 1992, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Depdiknas, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1991. Sosiologi, Edisi 6
jilid I.
Terj. Drs. Aminudin Ram, M. Ed dan Dra. Tita Sobari. Jakarta: Gramedia.
Kartono, Kartini. 1992. Pengendalian sosial. Jakarta :
Rajawali Press.
Kamanto, Soekarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Lembaga
Fakultas Ekonomi UI.
Koentjaraningrat, 1986.lembaga pengendalian. Jakarta: Aksara
Baru.
_______. 1996. Pengendalian sosial I. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Lawang, M.2 Robert. 1980. Pengantar Sosiologi. Jakarta:
UT.
Soekanto, Soedjono. 1983. Pribadi dan masyarakat.
Bandung. Alumni.
Soekanto, Soerjono dan Heri Tjandasari. 1987
Pengendalian Sosial. Jakarta. CV. Rajawali.
Soekanto. Soejono dan Ratih Lestari. 1988. Sosiologi.
Penyimpangan.
Jakarta : CV. Rajawali.
Sutanto, S Astrid Phil. 1988. Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosial.
Jakarta: Bina Cifta.
Kosim, E. 1997. sekolah. Pengantar diskusi. Bandung :
STBA
- ABA.
Sunardjan. 1995. Sosiologi, Semarang : IKIP Semarang
Press.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan : Bandung.
Rosda.
Machendrawaty dan Safei. 2001. Sekolah sebagai lembaga
pengendalian sosial Bandung: Rosda.
LAMPIRAN
I
Biodata penulis
BIODATA PENULIS I
Nama lengkap : Ahmad Naufal Azizi
Nama Panggilan : Naufal
Tempat tanggal lahir : Banjarmasin, 09 Mei 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah : B
Alamat : Jl. Komplek Persada RT
09 Banjarmasin
Telpon/Hp : 087814306694
Kelas : X-3
NIS : 7886
Agama : Islam
Hobi : Baca komik, main futsal
BIODATA PENULIS II
Nama lengkap : Fernando Budiarto
Nama Panggilan : Fernando
Tempat tanggal lahir :surabaya,01 oktober 1996
Jenis Kelamin :Laki-laki
Golongan Darah : O
Alamat : Jln.gatot subroto
X
Telpon/Hp :082154111671
Kelas :X-3
NIS :
Agama : Kristen
Hobi : sepak bola
BIODATA PENULIS III
Nama lengkap : Mika Audini
Nama Panggilan : Mika
Tempat tanggal lahir : Paringin, 09-Mei-1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : B
Alamat :
Telpon/Hp : 085754563959
Kelas : X-3
NIS :
Agama : Islam
Hobi :
Menulis
BIODATA PENULIS IV
Nama lengkap : Muhammad Mirza Agnia
Nama Panggilan :
Mirza
Tempat tanggal lahir :
Banjarmasin, 09 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Lk
Golongan Darah :
B
Alamat : Jl. Keramat RT 10 RW 1 No 620
Telpon/Hp : 081348707462
Kelas : X-3
NIS : 7906
Agama : Islam
Hobi : membaca
BIODATA PENULIS V
Nama lengkap : Rizki Oktagusani
Nama Panggilan : Kiki
Tempat tanggal lahir : Barabai, 1 oktober 1995
Jenis Kelamin : Pr
Golongan Darah :
B
Alamat : Jl Raya Krisna no 32 RT
34
Telpon/Hp : 087814471717
Kelas : X-3
NIS : 7912
Agama : Islam
Hobi : Membaca
0 komentar:
Posting Komentar